Setengah jam pertama film Dredd membuat adrenalin saya naik. Agak 'sadis' memang. Film ini mengisahkan kehidupan masa depan di mana bumi tidak lagi hijau, khususnya Amerika. Populasi manusia yang semakin banyak. Tingkat kriminalitas semakin tinggi. Petugas keadilan bukan lagi polisi, namun hakim. Hakim berhak memberikan penilaian atas kejahatan seseorang dari hukuman penjara hingga hukuman mati.
Dredd salah seorang hakim, ditugaskan untuk memberikan penilaian pada seorang hakim muda, bernama Anderson, seorang mutan yang memiliki kelebihan "Cenayang." Hari itu, Anderson memilih lokasi Peach Trees yang dilaporkan kasus pembunuhan tiga orang. Maka pergilah mereka berdua ke gedung berlantai 200 itu. Berkat bantuan cenayang Anderson, mereka berhasil menangkap salah seorang pelaku pembunuhan. Namun hal itu membuat Ma-Ma, penguasa gedung Peach Trees marah. Dia menutup semua akses gedung dengan lapisan anti ledakan. Dua hakim itu bahkan tidak dapat berkomunikasi dengan Pusat Kendali.
Mereka harus bertahan hidup dari serangan 'dashyat' Ma - Ma. Menurut saya, Ma - Ma itu memang sadis dan gila. Film ini juga menampilkan efek - efek slowmotion di mana para pengikut Klan Ma - Ma mengkonsumsi narkotik Slo-Mo di mana para pengkonsumsi akan merasakan hanya 3% dari kecepatan normal.
Jelas saja, di akhir cerita Dredd dan Anderson berhasil membunuh Ma - Ma dan keluar dari Peach Trees.
Hal demikian, mengingatkan saya pada film Indonesia yang mem-booming dan menarik perhatian internasional, The Raid. Ceritanya hampir sama, tentang perjuangan seorang penegak keadilan untuk membasmi kejahatan di dalam satu gedung. Hanya kemasan Dredd dibuat lebih kompleks daripada film The Raid.
Bukan untuk membandingkan kedua film ini. Baik Dredd maupun The Raid - yang apabila disebutkan sekilas hampir mirip - memiliki keunikan tersendiri pastinya. The Raid pun menampilkan pencak silat, budaya asli Indonesia.
Lalu apa komentar Anda?
No comments:
Post a Comment