Hello Sun-Day!
Ketika menginjak
usia 25, apa yang ada di pikiran lo? Merasa tuakah? Atau merasa It’s time to
run for my career? Atau malah merasa I should ask him to marry me? Atau sedih
karena gue punya cap “Jomblo Perak”? Itu ketakutan terbesar gue. Mungkin bisa
jadi perasaan tahun lalu muncul saat gue memasuki usia 24.
“Happy birthday,
wish all the best for you!” Sebuah kecupan hangat mendarat di pipi gue dan gue
berharap khayalan gue menjadi nyata.
“Hadiah untuk
kamu.” Dengan malu – malu dan jantung dag dig dug, gue meminta izin membuka
hadiah itu, dan …. OMG, sebuah cincin. Tulisan svarovski terbaca di sudut
penutup kotak cincin. Bagaimana bisa dia menjadi seromantis ini? “Maukah kamu
menjadi pacarku?” ucapnya kemudian. Gue mengangguk pasti dan cincin itu
dipasangkannya di jari manis gue. Dan adegan romantis itu berakhir dengan
kecupannya di bibir gue. Oh, my first kiss!
Fiuh, gue
berkhayal terlalu jauh.
“Hadiah buat
kamu.”
No, ini sama
dengan khayalan gue. Dia mengatakan hal yang sama.
“Boleh gue buka?”
“Sure.”
Dengan malu – malu
dan jantung dag dig dug gue membuka kotak kecil di genggaman gue.
OMG, ini bukan sebuah cincin seperti apa yang gue khayalin. Sebuah flash disk berbentuk hello kitty. Agaknya ini terlalu imut untuk dijadikan hadiah ke seorang wanita di usia 24 tahun.
OMG, ini bukan sebuah cincin seperti apa yang gue khayalin. Sebuah flash disk berbentuk hello kitty. Agaknya ini terlalu imut untuk dijadikan hadiah ke seorang wanita di usia 24 tahun.
“Terima kasih,”
ucapku setengah kecewa.
“16 GB. Selama ini
kamu kan susah tuh mau pindah-pindahin data gede. So, I hope this thing will
help you!”
“You are …. so…
care,” jawabku hampir tak percaya.
“Oh ya, gue juga
mau ngabarin, hari ini hari terakhir gue di perusahaan ini. Gue resign. Gue
akan sekolah lagi. Lo tahu kan Sonya? Dia ngelanjutin studi S2 nya di
Melbourne. So, gue ikut temenin dia. Gue rasa sekolah S2 bukan ide yang buruk.”
Dan semuanya
berakhir. Flash disk 16GB itu masih tersimpan baik di dalam kotaknya di laci
meja kantor gue. Kami hilang kontak. Sebelumnya kami bagai perangko dan amplop.
Kami makan siang bersama, meeting bersama, nonton film bersama, ngopi bersama.
Tapi dia lebih memilih Sonya, tetangganya yang pernah ia ceritakan. Timeline Path-nya selalu bersama Sonya. Well,
gue rasa, mereka officially jadian. Good bye, Jerick.
Sebuah panggilan
masuk menghapus memori – memori tahun lalu. Mom calling… Dia selalu jadi orang pertama yang mengucapkan
selamat ulang tahun
“Halo.”
“Hey, sweetheart.
Happy birthday!” ucap mama gue yang sok kebarat- baratan karena dia sekarang
tinggal bersama kakak gue di Perth. “Wish you all the best, Honey.”
“Thank you, Ma.”
“Ada berita baik,
Sun. Monny baru saja melahirkan. A baby girl!”
Suara mama
terdengar begitu bahagia. Cucu pertamanya telah lahir.
“Wahhh, congrats
to her. Tapi lebih cepat dari perkiraan dokter ya? Harusnya minggu depan kan?”
“Ya, tapi semalam
Monny kesakitan.”
“Skype ya, Ma,
kalo ada baby-nya. Namanya siapa ma?”
“Marlyn Monroe.”
“Are you kidding
me?!”
Mama tertawa di
seberang sana, “No, but the first nama is Marlyn. Panjangnya mama lupa.
Pastinya family namenya Satya.”
“Sounds pretty.
Marlyn. Happy to hear the good news, Ma. Talk to you later ya. Catch you soon!”
“Kalo ada libur,
come here ya! Love you, Sweetheart.”
“Love you too,
Ma.”
Gue jadi tante
sekarang. Kakak gue, Monny pindah ke Perth setelah menikah dua tahun lalu.
Suaminya, orang Indonesia asli, berkarir cukup baik di sana. So, daripada harus
kembali ke Indonesia, kakak gue memutuskan untuk menetap di sana. Gue bisa
merasakan bahagianya Monny dan mama. Seandainya gue bisa ada di sana. Dan gue
tiba – tiba merindukan papa. Pa, pasti papa bahagia juga di atas sana. Cucu
pertama papa, Marlyn. I miss you so bad.
Setelah selesai
menghabiskan makan siang omelet buatan gue sendiri. Gue pergi keluar. Minggu,
waktunya gue ke mal, pedicure, manicure, creambath. Enjoy me-time banget deh
pokoknya. Memilih outfit casual dengan menjinjing Gucci gue dengan bangga. Itu
hasil kerja keras gue. Dan akhirnya gue bisa membeli tas branded dengan uang
gue sendiri tahun lalu. Dan gue udah memutuskan akan membeli apa sebagai hadiah
ulang tahun gue tahun ini. Coach City Tote berwarna merah.
Kayaknya gue harus
membeli kue ulang tahun, meniupnya sendiri. Gue merasa lebih kesepian di tahun
lalu. Seengganya tahun lalu gue merayakannya bersama teman satu team, termasuk
Jerick. Sekarang gue nggak punya team, setelah dipromosikan menjadi manajer,
gue kehilangan waktu bersama team gue. Gue punya jadwal meeting yang lebih
padat dan lebih sering berada di luar kantor. Bahkan mereka lupa ulang tahun
gue. Setelah Jerick resign, keadaan team menjadi kurang solid. Something is
missed. Bisa jadi perasaan gue doang, karena gue kehilangan cinta gue. Jerick,
orang pertama yang gue suka. Tapi dia lebih memilih Sonya ketimbang gue.
Setelah selesai
memanjakan diri, termasuk membeli hadiah ulang tahun untuk diri gue sendiri,
gue masuk ke toko kue dan membeli cake. Ok, gue memutuskan untuk meniup lilin
di apartemen gue, apartemen yang baru masuk cicilan ke-5.
Di saat gue
mempersiapkan kue ulang tahun gue, bel apartemen berbunyi. Siapa sore – sore
begini mengunjungi gue? Gue mengintip dari lobang kecil di pintu. Gue bahkan
belum pernah melihat laki – laki itu. Rambutnya kecoklatan agak berantakan,
hidungnya mancung dengan mata oriental, kulitnya bisa terbilang putih untuk
ukuran laki – laki. Tingginya sekitar 175cm , memakai kaos dan jins selutut.
“Hmm, bisa saya
bantu?” tanya gue memberanikan diri sambil memperhatikan laki – laki itu dari
ujung kepala sampai ujung kaki.
“Sorry, saya baru
pindah ke apartemen ini tadi pagi. Kenalin, saya Visto.”
“Sunny.”
“Saya di unit
seberang. Saya boleh pinjam tangga karena mau memasang lampu.”
“Oh iya. Sebentar
saya ambilkan.”
“Kalau tidak
keberatan, saya yang ambil saja. Tidak merepotkan kamu.”
“Oh silahkan
masuk. Di sebelah sini tangganya,” ucapku sambil menunjukan arah.
“Happy birthday!”
ucap laki – laki itu memecah kesunyian.
Apa? Tahu darimana
dia hari ini hari ulang tahun gue? OMG, gue lupa. Kue ulang tahun. Gue pasti
kelihatan seperti orang bodoh yang merayakan ulang tahunnya sendirian.
“Hah?” balas gue
pura – pura kaget.
“Let’s celebrate
it together!”
“Apa?”
Dia menarik
lenganku lembut ke sofa dan menyalakan lilinnya. Dia menyanyikan lagu Happy
Birthday.
“Make a wish!”
ucapnya bersemangat.
“Apa?” Gue masih
kaget dengan kelakuan orang yang baru saja gue kenal. Tapi sebenarnya jauh di
dalam hati gue, gue senang karena seengganya ada seseorang yang merayakan ulang
tahun gue. Gue memejamkan mata dan berdoa dalam hati. Kemudian meniup lilin
yang hampir meleleh.
“Happy birthday!”
ucapnya sekali lagi.
“Thank you.”
“Thank you for
being my first friend in Jakarta. Jadi apa rencana kamu malam ini?” Belum sempat
gue berpikir, laki – laki itu langsung menyemprot. “Dinner. Birthday dinner. Saya yang traktir,
sebagai hadiah ulang tahun.”
Dan makan malam
kami berlanjut ke makan malam – makan malam berikutnya.
Tidak ada yang perlu ditakuti ketika memasuki
usia 25. Gue umur 27 tahun sekarang, dan gue bertemu suami gue di usia 25
tahun, nggak perlu takut dengan cap jomblo perak.
No comments:
Post a Comment